Teori Konspirasi - Apa Itu Multiverse?
Pada dasarnya, alam semesta itu sangatlah luas dan bahkan tidak diketahui apakah ada ujung atau batasnya tidak, sebab memang keberadaannya benar-benar seluas itu! Dilansir dari Zenius.net, konsep Multiverse ini diperkenalkan ke publik oleh seorang ahli fisika asal Amerika bernama Hugh Everett III.
Pada tahun 1954, Hugh tengah bercengkrama bersama teman-temannya di aula Princeton University sekaligus memikirkan tema untuk tugas akhirnya yang berupa tesis. Ketika tengah mengobrol itu, Hugh tiba-tiba berpikir bagaimana jika efek kuantum yang ada ternyata dapat menyebabkan alam semesta ini menjadi terbelah. Kemudian, muncullah alam semesta lain. Nah, ide yang tiba-tiba terbesit tersebut kemudian dikembangkannya menjadi tesis dan bahkan teorinya masih bertahan hingga sekarang.
Berdasarkan tesis milik Hugh Everett yang berjudul Theory of The Universal Wave Function ini, terdapat teori yang mengatakan bahwa kita semua yang di bumi dari alam semesta ini ternyata memiliki salinannya yang tinggal di alam semesta lain. Singkatnya adalah, terdapat diri kita dalam versi lain di alam semesta lain tersebut dan mungkin saja diri kita ini bukan satu-satunya yang ada.
Tingkatan Dalam Multiverse
Berhubung keberadaan alam semesta itu sangat luas yang bahkan tidak dapat diukur batas dan ujungnya, maka teori tersebut masih belum terpecahkan atau disanggah. Hal itu juga didukung oleh seorang ahli fisika bernama Max Tegmark dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan adanya Multiverse ini. Pada tahun 2014, Beliau mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Our Mathematical Universe bahwa seluruh alam semesta kita ini mungkin hanya terdiri atas elemen, atom, atau kepulauan kosmik yang tidak ada ujungnya.
Max Tegmark juga menulis sebuah artikel ilmiah yang berjudul “Parallel Universe” dengan hasil adanya 4 tingkatan dalam Multiverse tersebut.
Level 1: Beyond Our Cosmic Horizon
Dalam level ini, menggambarkan bahwa alam semesta tempat tinggal kita ini memiliki wujud berupa gelembung udara yang saling berdesak-desakan dalam ruang-waktu yang disebut dengan jagad raya. Tegmark menggunakan analogi seperti kita tengah melihat kapal di tengah laut. Ketika kapal di luar horizon atau pandangan mata, maka kita tidak bisa melihatnya. Namun, ketika kapal itu masuk ke dalam horizon dan mendekati kita, maka tentu saja kita dapat melihat kapal tersebut sedikit demi sedikit.
Level II: Other Postiflation Bubbles
Dalam level ini, didasarkan pada Teori Chaotic Eternal Inflation, yang menyatakan bahwa alam semesta ini terus berkembang yang semakin ‘membesar’ sejak ternyata Big Bang, dan itu terjadi hingga sekarang ini. Dalam Level II: Other Postiflation Bubbles ini menyatakan bahwa alam semesta yang ada pada level I nantinya dapat dikelompokkan menjadi satu Multiverse, maka itu berarti jagad raya ini akan terdapat banyak Multiverse. Nah, berdasarkan teori tersebut, kita selamanya tidak akan bisa melihat Multiverse lainnya, sebab perkembangan alam semesta tersebut berjalan secara cepat.
Level III: Quantum Many World
Dalam teori berdasarkan pada Teori Mekanika Kuantum, yang menyatakan bahwa proses kuantum yang terjadi secara acak dapat menyebabkan alam semesta menjadi bercabang dan jumlahnya tidak terbatas.
Terdapat perbedaan pada level I dan III ini, yakni letak alam semestanya. Pada level I, menyatakan bahwa alam semesta kita dengan alam semesta ‘lain’ tersebut berada di luar horizon. Sementara itu pada level III, menyatakan bahwa alam semesta kita dengan alam semesta ‘lain’ itu berada pada cabang kuantum yang berbeda. Level III ini, yang mana didasarkan pada Teori Mekanika Kuantum tersebut menjadi konsep paling kontroversial.
Level IV: Other Mathematical Structures
Dalam level IV ini, telah dibuktikan oleh dua orang fisikawan bernama Dr. Robert Foot dan Dr. Saibal Mitra asal Australia. Mereka berhasil menemukan penelitian asteroid Eros yang berupa adanya Mirror Matter. Dalam Mirror Matter ini, terdapat bayangan cermin dari sesuatu yang ada di alam semesta, berfungsi sebagai penyetabil alam semesta. Keberadaan Mirror Matter ini memiliki dua sisi, yakni bagian sisi kiri adalah alam semesta, sementara bagian sisi kanan adalah Mirror Matter itu sendiri. Saat ini, kita belum dapat melihat keberadaan Mirror Matter tersebut karena sesuatu tersebut berinteraksi dengan alam semesta kita ini hanya melalui gravitasi saja.
Tingkatan dunia paralel dalam level IV ini justru menyatakan bahwa alam semesta ‘lain’ itu tidak hanya berada di luar horizon alam semesta kita, tetapi juga berbeda atas berbagai aspek, mulai dari waktu, hukum, dan fisika dengan alam semesta kita ini. Maka dari itu, tingkatan pada level IV ini sulit untuk divisualisasikan.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Multiverse atau dunia paralel ini adalah hipotesis yang menyatakan bahwa di luar alam semesta tempat kita tinggal ini, masih terdapat alam semesta lain. Sehingga ada kemungkinan bahwa diri kita ini mempunyai kembaran yang mempunyai kehidupan hampir sama dan tinggal di alam semesta lain tersebut.
Admin : Nurdiana Syamsiah
Web Blog : Gerozha
Web Blog : Gerozha