Kajian - Pembentukan Alam Semesta Berdasarkan Teori Big Bang
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), “alam” berarti “segala sesuatu yang ada di langit dan bumi (termasuk pada bumi itu sendiri, bintang, kekuatan)”; sedangkan “semesta” berarti “seluruh”, “segenap”, “semuanya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alam semesta atau jagad raya adalah segala sesuatu yang berada di ruang-waktu tempat kita berada ini, termasuk dengan energi dan materi yang ada di dalamnya.
Dalam alam semesta ini mencakup adanya mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran sangat kecil yang bahkan tidak dapat dilihat dengan mata secara telanjang, misalnya atom, sel, elektron, amoeba, dan lainnya. Kemudian, makrokosmos adalah benda-benda yang memiliki ukuran sangat besar, bahkan planet bumi ini juga termasuk dalam makrokosmos. Contohnya adalah bintang, planet, galaksi, dan lain-lain. Perlu diketahui bahwa berbagai peristiwa yang terjadi di alam semesta ini ada banyak yang belum dapat diungkapkan atau dijelaskan melalui teori ilmiah oleh manusia, termasuk konsep Multiverse.
Sebelumnya, telah beberapa kali dituliskan mengenai Teori Big Bang, yang mana merupakan teori yang hingga saat ini masih dipercaya akan terbentuknya alam semesta. Nah, berikut adalah penjelasan mengenai Teori Big Bang yang menjadi cikal bakal dari berbagai teori mengenai alam semesta ini, termasuk dengan konsep Multiverse!
Teori Big Bang
Teori ini dicetuskan pertama kali oleh Edwin Hubble, yang kemudian mendapatkan dukungan juga dari fisikawan terkemuka, yakni Albert Einstein. Dalam teori Big Bang ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk karena adanya ledakan besar dari atom raksasa yang terjadi sekitar 13,7 milyar tahun lalu. Tidak hanya itu saja, teori ini juga mendapatkan dukungan oleh ilmuwan muslim bernama Prof. Baiquni, yang menurut Beliau, teori ini sesuai dengan apa yang tercantum di dalam Al-Quran.
Pada dasarnya, Teori Big Bang ini menyatakan bahwa kala itu alam semesta masih berupa primeval atom yang berisi materi dalam keadaan sangat padat. Kemudian suatu ketika, atom tersebut meledak dan mengakibatkan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Dari hal tersebut, timbullah dua gaya saling bertentang dengan satu sama lain, lalu disebut dengan gaya gravitasi dan gaya kosmis. Atas adanya dua gaya tersebut, gaya kosmis menjadi lebih dominan sehingga alam semesta ini akan terus-menerus mengalami ekspansi.
Perkembangan Teori Big Bang
Sebelum Edwin Hubble mencetuskan teori ini, sudah ada Vesto Slipher kala itu (1942) berhasil mengukur pergeseran Doppler “nebula spiral” untuk pertama kalinya. “Nebula Spiral” ini adalah istilah lama untuk galaksi spiral. Slipher kala itu menemukan bahwa hampir semua nebula-nebula itu justru menjauhi planet Bumi. Lalu, muncullah kontroversi mengenai apakah nebula-nebula tersebut adalah “Pulau Semesta” yang berada di luar galaksi Bima Sakti ini.
Kemudian, seorang kosmologis dan matematikawan berasal dari Rusia, Alexander Friedmann juga menurunkan persamaan relativitas umum. Dalam persamaan tersebut, menunjukkan bahwa dalam alam semesta ini ada kemungkinan untuk mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang statis, hampir sama dengan apa yang dicetuskan oleh Albert Einstein.
Pada tahun 1924, Edwin Hubble berhasil melakukan pengukuran akan jarak nebula spiral terdekat dengan planet Bumi. Hasilnya adalah nebula spiral tersebut adalah galaksi lain. Selanjutnya, pada tahun 1927, George Lematre juga menurunkan persamaan milik Friedmann yang menyatakan bahwa resesi nebula tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.
Kemudian, barulah pada tahun 1948 hingga 1949, Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio. Meskipun sebelumnya, Hoyle sudah terlebih dahulu mengemukakan adanya Teori Steady State yang justru berseberangan dengan Teori Big Bang ini. Dalam Teori Steady State ini menyatakan bahwa alam semesta itu memiliki ukuran tak terhingga dan akan kekal sepanjang masa.
Pada tahun 1964, terdapat penemuan CMB yang memperkuat adanya teori Big Bang sebagai teori penciptaan alam semesta yang berupa ledakan maha dahsyat dari titik nol dengan kerapatan serta suhu tak terhingga tingginya.
Teori Big Bang dalam Al-Quran
Percaya atau tidak, ternyata teori akan pembentukan alam semesta ini ternyata telah termuat di dalam kitab suci Al-Quran. Bahkan teori ini juga mendapatkan dukungan oleh ilmuwan muslim bernama Prof. Baiquni, yang meyakini bahwa hal tersebut telah dituliskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 30.
أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. Al-Anbiya: 30)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa awal kejadian langit dan bumi (alam semesta) ini hampir identik dengan teori Big Bang, yakni mulanya merupakan adalah sesuatu yang padu, kemudian terjadi pemisahan hingga menjadi langit dan bumi.
Admin : Rhini Olivia
Web/Blog : Senior Kampus